Rabu, 30 November 2011

PENERANGAN DI LUAR RUANGAN

Penerangan Jalan

Kemajuan di bidang lalu lintas sangat pesat sekali akibat pertumbuhan ekonomi dan juga pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga penerangan jalan memegang peranan sangat penting. Penerangan jalan pada prinsipnya dimaksudkan untuk menghasilkan kenyamanan penglihatan pada malam hari bagi pengendara maupun pejalan kaki. Dengan demikian diharapkan adanya keselamatan pengendara dan pejalan kaki akibat tabrakan, mencegah kriminil/kejahatan. Penerangan jalan berfungsi sebagai penerangan buatan (artificial light) dalam arti kata, hendaknya diperoleh suasana seperti di siang hari pada malam hari. Jadi penerangan jalan merupakan sarana untuk mewujudkan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Terlebih lagi dalam upaya menarik wisatawan mancanegara dan domestik untuk menikmati suasana malam hari.

Didalam perencanaan penerangan jalan perlu difikirkan/dipertimbangkan segi teknis, ekonomis disamping segi estetiknya. Pemilihan sumber cahaya, perluasan jaringan distribusi listrik, jenis tiang dan armatur lampu, merupakan faktor yang mempengaruhi segi ekonomi instalasi. Untuk mendapatkan penerangan jalan yang baik, harus pula didasarkan pada data lalu lintas serta rencana induk pengembangan kota.
Beberapa faktor yang menentukan kualitas penerangan jalan antara lain :
- Kuat penerangan (iluminasi)
Batas kuat penerangan minimal yang diperlukan untuk melihat benda.
- Silau ( glare)
Mengurangi harga silau yang timbul dari lampu.
- Terang permukaan jalan (luminansi)
Meninggikan harga uniformity (keseragaman) cahaya, untuk keamanan pengendara dengan batasan faktor ekonomi (biaya pemasangan).
- Kontras
Cahaya diharapkan dapat memperlihatkan bentuk benda dan bayangannya
- Warna cahaya
Berdasarkan pertimbangan faktor ekonomi dan penghematan energi maka dipergunakan sumber cahaya yang berindek warna rendah.

- Pedoman penglihatan.
Pedoman penglihatan untuk pemakai jalan dapat diperoleh dengan cara pemilihan sistem instalasi penerangan dan cara penyusunan armatur/-lampunya.

- Kondisi udara.
Kondisi udara (kering, hujan, sering berkabut) mempengaruhi kuat penerangan jalan serta kadar silau.

1. Faktor penunjang

Untuk mencapai kualitas penerangan jalan yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor penunjang seperti dijelakan oleh T. W. Simbolon, (1979 : 2) adalah :
a. Teknis
b. Pola perhubungan daerah
c. Masalah kota/penduduk (kemacetan lalu lintas)
d. Pola lalu lintas dan komunikasi
e. Bentuk kota
f. Pola hijau dan rekreasi
g. Keadaan sumber dan jaringan listrik
h. Pembangunan jalan dan perkembangan kelistrikan kota
i. Iklim dan kondisi alam.

a. Faktor Teknis

Faktor teknis yang dibutuhkan untuk penerangan jalan didasarkan atas faktor-faktor :
1) Kualitas yang baik
a) Derajat keamanan lalu lintas (kecelakaan akibat lalu lintas).
b) Perasaan suasana nyaman kepada pemakai jalan.
c) Kapasitas lalu lintas di waktu malam dapat mencapai kapasitas di waktu siang hari.
d) Keindahan.
2) Studi perbandingan dengan sistem penerangan kota-kota besar.

b. Pola Perhubungan daerah

Keadaan hubungan lalu lintas suatu kota dengan kota lainnya atau jalan raya menuju stasiun bus, pelabuhan udara dan jalan raya menuju pelabuhan laut.

c. Masalah Kota dan Masalah Penduduk

Masalah kota yang berhubungan dengan penerangan jalan adalah kemacetan lalu lintas di waktu malam. Ini terjadi pada pusat-pusat perbelanjaan, tempat keramaian umum dan tempat rekreasi. Disini perlu kuat penerangan yang lebih tinggi karena sebanding dengan frekuensi lalu lintas jalan di waktu malam.

d. Pola Lalu Lintas dan Komunikasi

Pola lalu lintas di masing-masing pusat perdagangan, industri, perumahan, yang menghubungkan dengan jalan utama atau jalan penghubung mempunyai sistem penerangan jalan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan atas jenis pemakai jalan antara lain :
1) Jalan utama/jalan penghubung menuju pusat-pusat kerja/industri.
2) Jalan utama/jalan penghubung menuju pusat-pusat perumahan.
3) Jalan utama/jalan penghubung menuju pusat-pusat perdagangan/perto-koan.
4) Jalan utama/jalan penghubung menuju perkantoran.
5) Jalan utama/jalan penghubung ke luar kota.

Dalam perencanaan penerangan beberapa jenis jalan dan persimpangan dipakai sebagai dasar sistem penerangan yang akan dipakai. Penerangan untuk persimpangan lebih komplek dan mempunyai level penerangan yang lebih tinggi.
Adapun jenis persimpangan jalan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Persimpangan antara jalan utama seperti perpotongan bertingkat, pulau-pulau/bundaran
2) Persimpangan antara jalan penghubung di lokal.
3) Persimpangan antara jalan kendaraan bermotor dengan yang tidak bermotor.
4) Penyeberangan jalan kaki.
5) Persimpangan dengan jalan kereta api.
6) Jembatan penyeberangan jalan.
7) Jembatan penyeberangan sungai.

e. Bentuk Kota

Rencana zone (lingkungan) kota perlu diperhatikan, antara lain :
1) Lingkungan untuk industri.
2) Lingkungan untuk pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
3) Lingkungan untuk perumahan.
4) Lingkungan untuk perdagangan.
Masing-masing lingkungan mempunyai sistem penerangan yang disesuaikan dengan jenis jalan yang terdapat pada lingkungan/daerah tersebut.

f. Pola hijau dan rekreasi

Rekreasi yang bersifat umum seperti lantai, kebun binatang, taman-taman kota, plaza, air mancur, terminal, tempat rekreasi, monumen, memiliki rencana penerangan dengan penonjolan pada estetika seperti penggunaan lampu hias dan lampu sorot. Pola penghijauan jalan-jalan dengan pohon sepanjang sisi jalan perlu difikirkan, agar pepohonan tidak menghalangi penerangan jalan.

g. Keadaan Sumber dan Jaringan Listrik

Penyeberangan penerangan jalan sangat tergantung pada kondisi pemasangan instalasi dan sistem jaringan listrik yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan penerangan yaitu :
1) Pemasangan penerangan jalan pada tiang tegangan rendah.
2) Tegangan listrik serta masalah turunnya tegangan di bawah syarat minimal.
3) Standarisasi peralatan instalasi penerangan yang perlu disesuaikan dengan sistem yang telah ada.
4) Tersedianya daya yang merata di sepanjang jalan/daerah.
5) Usaha penghematan pemakaian energi listrik.

h. Pembangunan Jalan dan Pembangunan Kelistrikan Kota

Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan tahap perluasan kota. Begitu juga dengan pembangunan kelistrikan kota mutlak diperlukan agar kegiatan kehidupan kota berlangsung terus menerus selama 24 jam setiap hari. Oleh sebab itu pelaksanaan pembangunan penerangan jalan sangat terkait dengan perluasan jalan dan kelistrikan suatu kota.

i. Iklim dan Kondisi Jalan

Perlengkapan instalasi penerangan jalan sangat tergantung dengan keadaan iklim dan kondisi jalan. Pada daerah pinggir pantai perlu dipilih perlengkapan penerangan yang tahan karat. Demikian juga dengan kondisi jalan yang berdebu, masuknya uap air serta getaran dari angin perlu pemilihan komponen-komponen penerangan yang dapat menjaga kualitasnya.

2. Kriteria Penerangan Jalan

Secara umum ada beberapa kriteria penerangan jalan yang perlu diperhatikan, antara lain :

a. Visual Performance

Kejernihan pandangan sebagai akhir dari ketentuan perencanaan penerangan dan bukan oleh iluminasi, tetapi adalah luminansi (kesilauan), maka berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan hasil penerangan yang baik. Jadi tidak hanya didasarkan untuk mencapai iluminasi yang tinggi, tetapi mempertimbangkan faktor kenyamanan pengemudi dan pejalan kaki bila berada di jalan. Visual performance mempunyai kriteria antara lain :

1) Batas Luminansi

Luminansi rata-rata permukaan jalan diperlukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan visual performance yang baik. Semakin besar luminansi maka kontras dirasakan mata makin bertambah dan perlu diperbaiki. Sebagai kriteria penerangan yang nyata dipergunakan rata-rata luminansi permukaan jalan bila pengemudi berada pada jarak kira-kira 60 meter dan 160 meter.
Rata-rata luminansi permukaan jalan juga mempengaruhi derajat kenya-manan penglihatan (visual confort) dari instalasi penerangan jalan. Nilai rata-rata luminansi permukaan jalan yang dipergunakan untuk bermacam-macam kategori jalan biasanya dengan batas minimal 0,5 cd/m untuk lalu lintas yang padat dan kecepatan yang sangat tinggi.

2) Keseragaman (Uniformity)

Untuk mendapatkan visual permormance yang baik maka keseragaman cahaya lampu yang disyaratkan untuk overal uniformity (Uo) adalah 0,4. Overal Uniformity adalah perbandingan luminansi minimum dengan luminansi rata-rata dan hasilnya tidak boleh lebih rendah dari 0,4.

3) Silau (Glare)

Didalam kriteria visual performance batas silau (G) minimal yang diizinkan bagi lalu lintas sangat rendah adalah ≥ 4 dan untuk lalu lintas jalan sangat padat yaitu ≥ 6.

b. Kenyamanan Penglihatan (Visual Confort)

Untuk mendapatkan keseragaman penglihatan dari penerangan jalan diperlukan pula beberapa kriteria antara lain :

1) Batas Luminansi

Sama halnya dengan kriteria visual performance, untuk kenyamanan penglihatan juga menghendaki luminansi permukaan jalan. Luminansi rata-rata untuk lalu lintas sangat rendah adalah 0,5 cd/m dan untuk lalu lintas sangat tinggi luminansi rata-rata 2 cd/m.

2) Keseragaman (uniformity)

Keseragaman yang diharapkan untuk mencapai kenyamanan penglihatan adalah pada arah memanjang jalan (U1). Kerataan ini diperoleh melalui perbandingan luminansi minimum dengan luminansi maksimum. Kesera-gaman minimal untuk lalu lintas dengan kecepatan rendah adalah ≥ 0,5 dan untuk lalu lintas sangat tinggi ≥ 0,7.
3) Silau
Batas silau untuk kenyamanan penglihatan ditentukan besar kecilnya Threshold Increment (TI). Batas TI untuk lalu lintas sangat tinggi ≥ 10% dan untuk lalu lintas sangat rendah adalah ≥ 20%

klik disini untuk selanjutnya tentang penerangan diluar ruangan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar